KASUS ATLIT (HASIL MAHASISWA KLPK IV)
Kamis, 28 November 2013
0
komentar
PENYELESAIAN
KASUS
A.
Identitas Olahragawan
Nama
|
Tn. E
|
Umur
|
23 tahun
|
Sex
|
Laki - Laki
|
Pekerjaan
|
Mahasiswa
FKM UJ
|
Tinggi Badan
|
172 cm
|
Berat Badan
|
56
|
Akifitas
olahraga
|
Futsal
|
B.
Data Subyektif
1.
Berkaitan dengan riwayat
penyakit
a.
Riwayat penyakit sekarang:
tidak ada
b.
Riwayat penyakit dahulu: pernah
menderita typhus saat duduk di bangku
SMP.
2.
Berkaitan dengan riwayat gizi
a.
Aktifitas fisik
Sebagai seorang
mahasiwa FKM UJ memiliki aktifitas fisik yang sedang
b.
Alergi/ pantangan makanan
Tidak
memiliki riwayat alergi
c.
Kesukaan
Olahragawan
ini suka mengkonsumsi ikan laut dan buah nangka.
d.
Kebiasaan makan
Tn.
E jarang sarapan, kalaupun sarapan
biasanya berupa roti dan susu serta suka minum jus jambu dan nangka
C.
Fisik Klinis
Memiliki tekanan darah normal yaitu 120/85 mmHg.
D.
Data Obyektif
1.
Antropometri
BB : 56 kg
TB : 172 cm
BBI : (TB – 100) – 10% (TB – 100)
: (172 – 100) – 10% (172 –
100)
: 72 – 7,2 = 64,8 kg
E.
Status Sosial
Ekonomi
Status sosial ekonomi Tn.E tergolong menengah.
F.
Assessment Gizi
Perhitungan IMT : BB/(TB)2 = 56/(1,72)2 =
18,92 kg/m2
Penilaian :
Berdasarkan IMT, pasien memiliki status gizi Normal (18,92 kg/m2), karena batasan BB Normal yaitu 18,5-22,9 kg/m2, menggunakan WHO WPR/IASO/IOTF dalam the
Asia Pacific Perspective : Redefining Obesity and its Treatment, dengan
kategori :
<18,5 kg/m2
: BB kurang
18,5-22,9 kg/m2
: normal
≥
23
: BB lebih
23-24,9 kg/m2
: at risk (dengan resiko)
25-29,9 kg/m2
: obese I
≥30 kg/m2
: obese II
G.
Intervensi Gizi
1.
Planning
a.
Tujuan Diet
-
Tercapainya berat badan dan
komposisi badan yang ideal
-
Menghasilkan penampilan yang
prima
-
Menjaga stamina tubuh dengan
ritme latihan dan jadwal yang padat
b.
Prinsip Diet
Makanan
atlet harus mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan untuk mengganti zat-zat
gizi dalam tubuh yang berkurang akibat digunakan untuk aktifitas olahraga.
c.
Syarat Diet
Karbohidrat =
65% total energi
Protein =
15% total energi
Lemak =
20% total energi
d.
Kebutuhan Zat Gizi
BBI = (TB – 100) – 10% (TB
– 100)
= (172 – 100) – 10% (172 – 100)
= 72 – 7,2 = 64,8 kg
IMT =
=
Energi Total = BMR + AF + SDA + energi latihan
|
BMR = 1514
AF = 1,8
SDA = 10% x 1514
= 151,4
Penambahan
energi untuk latihan / hari
Jumlah
latihan per minggu = 7 kali per
minggu
Faktor
aktivitas olahraga = 8
Lama
aktivitas olahraga = 60 menit
=
=
= 480 kkal
Energi Total = 1514 kkal + 1,8 + 151,4 + 480
= 2147,2 kkal
Jadi kebutuhan
energi total olahragawan ini setiap harinya adalah sebesar 2147,2 kkal.
Kebutuhan protein = 20% x E total
= 20% x 2147,2 kkal
= 429,44 kkal / 4
= 107,36 g
Kebutuhan lemak = 20% x E total
= 20% x 2147,2 kkal
= 429,44 kkal / 9
= 47,72 g
Kebutuhan
karbohidrat = 60% x E total
= 60% x 2147,2 kkal
= 1288,32 kkal / 4
= 322,08 g
e.
Kebutuhan Cairan
-
BB sebelum berlatih (A) =
56 kg
-
BB sesudah berlatih (B) = 55,5 kg
-
Perbedaan (A-B=C) = 0,5 kg = 0,5
L
-
Vol. air yang diminum selama OR
(D) = 1 L
-
Total keringat yang hilang
(C+D=E) = 1,5 L
Jadi, agar cairan
tetap diproduksi, penggantian cairan yaitu sebesar 1,5 x volume cairan yang
hilang
2.
Implementasi
Menu gizi atlet
terlampir
H. Kajian Pustaka
Tujuan pengaturan
makanan bagi atlet adalah untuk mengisi cadangan glikogen otot dan hati serta
menjaga karbohidrat maupun lemak agar tetap tersedia dalam darah untuk digunakan
oleh otot. Penggunaan karbohidrat dan lemak sebagai sumber energi selama
olahraga tergantung pada intensitas dan lamanya aktivitas tersebut. Secara
umum, penggunaan karbohidrat meningkat dengan meningkatnya intensitas fisik.
Sebaliknya, penggunaan karbohidrat menurun dengan makin lamanya aktivitas fisik
yang berlangsung. Namun, jumlah absolut karbohidrat dan lemak yang digunakan
oleh otot dapat dinaikan, tergantung pada ketersediaannya. Meskipun tubuh dapat
menggunakan lemak pada intensitas kegiatan yang lebih rendah, lemak tidak dapat
menyediakan energi secepat kerbohidrat pada kegiatan fisik yang berat (Rimbawan
2004).
Untuk menunjang
prestasinya, atlet memerlukan zat gizi yang cukup, baik kualitas maupun
kuantitas. Untuk memperoleh prestasi yang optimal, perlu disusun perencanaan
makanan berjangka, baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang yang
selanjutnya dijabarkan dalam program perencanaan makanan atlet. Perencanaan
makanan atlet perlu diselaraskan dengan perencanaan program latihan meliputi
periode persiapan, pertandingan dan transisi. Perencanaan gizi meliputi empat
hal, yakni:
1.
Perbaikan status gizi:
pada umumnya perbaikan status gizi dilaksanakan pada periode persiapan umum
2.
Pemeliharaan status
gizi: dapat dimulai sejak awal periode persiapan apabila atlet telah memiliki
status gizi normal. Sebaliknya, pemeliharaan status gizi pada atlet yang belum
memiliki status gizi normal dilakukan setelah status gizi normal.
3.
Pengaturan gizi
pertandingan: pada periode pertandingan perlu disusun perencanaan makanan: sebelum
bertanding, saat bertanding dan setelah bertanding, terutama untuk olahraga
yang memerlukan waktu bertanding lebih dari 60 menit.
4.
Pemulihan status gizi:
perencanaan makanan untuk memulihkan kondisi fisik atlet dilaksanakan pada
periode transisi (Irianto 2007).
Setiap atlet
membutuhkan sejumlah energi dan zat-zat gizi lain yang cukup untuk melakukan
aktivitasnya. Penyelenggaraan makanan bagi atlet menjadi sangat penting karena memerlukan suatu penyusunan hidangan yang
sehat/seimbang dan tepat, agar kebutuhan gizi atlet dapat dipenuhi untuk
mencapai prestasi puncak.
Menurut DBGM (1997),
oksigen, air, energi dan zat gizi dibutuhkan untuk proses kehidupan. Makanan
untuk seorang atlet harus mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan untuk
mengganti zat-zat gizi dalam tubuh yang berkurang akibat digunakannya zat-zat
gizi tersebut untuk aktivitas olahraga. Menu seorang atlet harus mengandung
semua zat gizi yang diperlukan yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
mineral dan air. Menu atlet harus disusun berdasarkan jumlah kebutuhan energi
dan komposisi gizi penghasil energi yang seimbang. Menu makanan harus
mengandung karbohidrat sebanyak 60-70%, lemak 20-25% dan protein sebanyak
10-15% dari total kebutuhan energi seorang atlet. Menu yang disusun berdasarkan
kebutuhan jumlah energi dan komposisi gizi penghasil energi seimbang, serta
dibuat dari bahan makanan yang memenuhi kriteria gizi
seimbang, umumnya sudah
mengandung vitamin dan mineral sesuai dengan kebutuhan atlet.
Direktorat Jenderal
Pembinaan Kesehatan Masyarakat (1993) menyatakan bahwa untuk atlet kecukupan
zat-zat gizinya berbeda dengan rata-rata kecukupan masyarakat pada umumnya
karena aktivitas atlet tidak sama dengan aktivitas masyarakat serta
kondisi-kondisi tertentu pada atlet harus ditunjang nutrisi yang tepat.
Mihardja (2000) mengatakan, kebutuhan gizi harian atlet berubah-ubah,
tergantung pada intensitas latihannya. Klasifikasi Olahraga tiap cabang
olahraga mempunyai macam-macam aktivitas serta lama aktivitas yang
berbeda-beda. Oleh sebab itu masing-masing cabang olahraga tersebut digolongkan
menurut tingkat intensitas serta kebutuhan energi yang diperlukannya seperti
yang tercantum di bawah ini.
Daftar resmi tentang
pembagian ini masih belum ada, sehingga sewaktu-waktu dapat mengalami perubahan.
Apabila ada satu cabang olahraga yang belum tercantum di dalam daftar ini,
penggolongannya supaya disesuaikan dengan cabang olahraga yang kira-kira
aktivitasnya sama dengan yang telah ada.
3.
Monitoring
MONEV ABCD
|
Intervensi gizi atlet
|
Intervensi Konseling
|
|
Antropometri
|
Asupan
|
||
-
BB: 56 kg
-
TB: 172 cm
-
BBI: 64,8kg
|
E : 1667,2 kcal,
P : 62,52 g
L : 37,05 g
KH : 270,92 g
|
berat badan
dan komposisi badan yang ideal
|
Penjelasan
mengenai gizi atlet
|
I.
PEMBAHASAN
Tn. E seorang olahragawan dalam bidang futsal,
memiliki berat badan 56
kg dengan tinggi badan 172
cm. memiliki
riwayat penyakit dahulu yaitu thypus di bangku SMP
Berdasarkan
hasil penghitungan IMT, diketahui memiliki status gizi normal. Olahragawan ini memiliki
makanan favorit ikan laut dan buah nangka.
Setelah
dilakukan perhitungan kebutuhan gizi bagi atlet, olahragawan ini memiliki
kebutuhan energi sebesar 1667,2
kcal. Kebutuhan
cairan olahragawan ini sebesar 1,5 L. Jadi, agar cairan tetap diproduksi,
penggantian cairan yaitu sebesar 1,5 x volume cairan yang hilang.
Untuk
proses monitoring, evaluasi dan tindak lanjut dalam hal antropometri yaitu
menjaga berat badan dan komposisi badan
yang ideal,
J. KESIMPULAN
1.
Atlet
telah diberikan intervensi gizi sesuai
dengan prioritas masalah yang dihadapi, yaitu berat badan dan komposisi badan
yang ideal.
2.
Kebutuhan gizi atlet
pada responden ini yaitu E : 1667,2 kcal, P
: 62,52 g, L : 37,05 g, KH : 270,92 g
K.
SARAN
Disarankan pada atlet
untuk tetap menjaga berat badan dan komposisi badan yang ideal, Menghasilkan penampilan yang prima, serta Menjaga stamina tubuh
dengan ritme latihan dan jadwal yang padat.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet. Jakarta
: Gramedia Pustaka Utama.
Rimbawan dan Albiner
Siagian. 2004. Indeks Glikemik Pangan . Bogor : Penebar Swadaya
Sihadi.
2006. Gizi dan Olahraga. [Serial Online]. http://www.univpancasila.ac.id 7/31.
(21 September 2013)
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: KASUS ATLIT (HASIL MAHASISWA KLPK IV)
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://ninnarohmawati.blogspot.com/2013/11/kasus-atlit-hasil-mahasiswa-klpk-iv.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar